DASAR PENGUKURAN DAN
KETIDAKPASTIAN
Irmayanty,
Karsimen, Destalina, Reni Reuanti
PENDIDIKAN
FISIKA ICP B
Abstrak
Telah dilakukan
eksperimen dasar pengukuran dan ketidakpastian yang bertujuan untuk (1)
menentukan ketidakpastian pada pengukuran berulang, (2) memahami penggunaan
angka berarti. (3). Mampu mengolah data hasil pengukuran serta menentukan
kesalahan relative pada setiap pengukuran. Eksperimen ini terdiri atas tiga
kegiatan. Pada kegiatan pertama dilakukan pengukuran panjang dengan menggunakan
mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup. Pada kegiatan kedua dilakukan
pengukuran massa suatu benda dengan menggunakan neraca ohauss 310, 311, dan
2610 gram, untuk mengetahui NST dan ketidakpastian pada alat ukur. Pada
kegiatan ketiga dilakukan pengukuran waktu dan suhu dengan menggunakan
stopwatch dan thermometer untuk mengetahui perubahan temperature setelah
beberapa menit. Sehingga di peroleh, NST mistar = 1 mm, NST jangka sorong =
0,05 mm, NST micrometer sekrup = 0,01 mm, NST neraca ohauss 310 = 0,05 mm, NST
neraca ohauss 311 = 0,1 mm, NST neraca ohauss 2610 = 0,01 mm, NST thermometer =
1, dan NST stopwatch = 0,1 s. dan diperoleh kesimpulan bahwa (1) pada kegiatan
pertama dan kedua terdapat ketidakpastian pada pengukuran berulang yang telah
dilakukan. (2) pada kegiatan ketiga
terjadi perubahan temperature setelah beberapa menit. Sehingga setiap
pengukuran memiliki kesalahan relative dan derajat kebenaran.
Kata kunci : panjang,
massa, waktu, suhu dan volume.
Rumusan masalah :
1.
Bagaimana menggunakan alat-alat ukur
dasar?
2.
Bagaimana menentukan ketidakpastian pada
pengukuran berulang dan NST pada alat ukur?
3.
Bagaimana mendefinisikan angka penting
dan menerapkanya?
4.
Bagaimana mengolah data hasil
pengukuran?
5.
Bagaimana menentukan kesalahan relative
pada setiap pengukuran?
Tujuan :
1.
Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.
2.
Mampu menentukan ketidakpastian pada
pengukuran berulang.
3.
Mengerti dan memahami penggunaan angka
berarti.
Metodologi
eksperimen
Teori singkat
Pengukuran dalam
fisika terbentang mulai dari ukuran partikel yang sangat kecil seperti massa
electron, sampai dengan ukuran yang sangat besar, seperti massa bumi.
pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau
bukti kulitatif.
Ketetapan dan ketelitian pengukuran
Ketetapan
(presisi), adalah suatu aspek pengukuran yang menyatakan kemampuan alat ukur
untuk memberikan hasil pengukuran sama pada pengukuran berulang.
Ketelitian
(akurasi), adalah suatu aspek yang menyatakan tingkat pendekatan dari nilai
hasil pengukuran alat ukur dengan nilai benar X0, nanti akan
diketahui bahwa ketelitian pengukuran berhubungan dengan ketidakpastian relative
x 100 %.
Angka penting atau angka berarti
Angka penting adalah
semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran, yang terdiri dari angka eksak
dan sat angka terakhir yang ditaksir (atau diragukan)
Aturan-aturan angka penting
1.
Semua angka bukan nol adalah angka
penting.
2.
Angka nol yang terletak di antara dua
angka bukan nol termasuk angka penting.
3.
Semua angka nol yang terletak pada
deretan akhir dari angka-angka yang ditulis di belakang koma desimal termasuk
angka penting.
4.
Angka-angka nol yang digunakan hanya
untuk tempat titik decimal adalah bukan angka penting.
Ketidakpastian Pengukuran
Ketidakpastian bersistem
1.
Kesalahan kalibrasi.
2.
Kesalahan titik nol.
3.
Kerusakan komponen alat.
4.
Gesekan .
5.
Kesalahan paralaks.
6.
Kesalahan karena keadaan saat bekerja.
Ketidakpastian acak, disebabkan
adanya fluktasi-fluktasi yang halus pada kondisi-kondisi pengukuran.
Fluktasi-fluktasi halus dapat disebabkan oleh gerak Brown molekul udara,
fluktasi tegangan listrik PLN atau baterai, landasan yang bergetar, dan bising.
Analisis ketidakpastian pengukuran
Suatu
pengukuran selalu diserta dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adalah NST (nilai skala terkecil),
lingkungan yang saling mempengaruhi, keterampilan pengamat, kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, dan fluktasi-fluktasi pengukuran serta adanya
gesekan. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu
besaran melalui pengukuran.
Alat dan bahan
1.
Penggaris / mistar
2.
Jangka sorong
3.
Micrometer sekrup
4.
Stopwatch
5.
Thermometer
6.
Balok besi
7.
Kelereng (bola-bola kecil)
8.
Neraca ohauss
9.
Gelas ukur
10.
Kaki tiga dan kasa
11.
Pembakar Bunsen
12.
Air secukupnya.
Prosedur kerja
Pada
eksperimen ini terdapat tiga kegiatan, sebelum memulai percobaan dilakukan
pengecekan terhadap alat, apakah alat yang digunakan masih berfungsi dengan
baik, dengan mengecek alat yang digunakan.
Pada
kegiatan 1, melakukan pengukuran panjang suatu benda. Dengan langkah sebagai
berikut:
Pertama-tama
ambil mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup tentukan NST. Selanjutnya
ukurlah masing-masing sebanyak tiga kali untuk panjang, lebar, dan tinggi balok
berbentuk kubus yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut.
Catat hasil pengukuran pada hasil pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya.
Kemudian ukurlah masing-masing sebanyak tiga kali untuk diameter bola (ukur
ditempat berbeda) yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut.
Catat hasil pengukuran pada table hasil pengamatan dengan disertai ketidak pastianya.
Pada
kegiatan 2, melakukan pengukuran massa suatu benda. Dengan langkah sebagai
berikut:
Pertama-tama
tentukan NST masing-masing neraca yang digunakan. Selanjutnya ukur massa balok
kubus dan bola (yang kamu gunakan pada pengukuran panjang) sebanyak tiga kali
secara berulang. Kemudian catat hasil pengukuran yang dilengkapi dengan
ketidakpastian pengukuran.
Pada
kegiatan 3, melakukan pengukuran suhu dan waktu. Dengan langkah sebagai
berikut:
Pertama-tama
siapkan gelas ukur, Bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan lapisan
asbesnya dan sebuah thermometer. Kedua, isi gelas ukur dengan air hingga ½
bagian dan letakkan diatas kaki tiga tanpa ada pembakar. Ketiga, ukur
temperaturnya sebagai temperature mula-mula (T0). Keempat, nyalakan
Bunsen pembakar dan tunggu beberapa saat hingga nyalanya terlihat normal.
Kelima, letakkan Bunsen pembakar tadi tepat di bawah gelas kimia bersamaan
dengan menjalankan alat pengukur waktu. Kemudian, catat perubahan temperature
yang terbaca pada thermometer tiap selang waktu 1 menit sampai di peroleh 10.
Pembahasan
Dari hasil tersebut terlihat bahwa terdapat ketidakpastian pada
pengukuran. Hal ini disebabkan oleh alat ukur itu sendiri dan
kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan pada saat pengukuran, begitu pula
dengan kesalahan relative timbul karena beberapa factor, setiap pengukuran
memilki kesalahan relative karena alat ukur itu sendiri memiliki
ketidakpastian, akan tetapi jika pengukuran yang dilakukan sudah tepat dan teliti
maka kemungkinan besar kesalahan itu dapat diatasi. Dalam pengukuran
berulang yang harus dlakukan adalah
menghitung rata-rata dan menentukan deviasi pengukuran, agar dapat menentukan
volume pada setiap pengukuran, setelah itu menggunakan teori rambat ralat dan
menentukan kesalahan relative pada pengukuran agar mendapatkan derajat
kebenaran pada hasil pengukuran, dari kesalahan relative ituah kita dapat
menentukan berapa angka penting yang digunakan dalam melaporkan hasil
pengukuran. Dan dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, terlihat bahwa
tingkat ketelitian pengukuran bergantng pada alat ukur yang digunakan, dan pada
pengukuran panjang alat ukur yang memilki tingkat ketelitian yang paling tinggi
adalah micrometer sekrup, sedangkan pada pengukuran massa alat ukur yang
memilki tingkat ketelitian yang paling tinggi adalah neraca ohauss 310 gram.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
eksperimen dan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.
Ketidakpastian suatu pengukuran itu
bergantung pada alat ukur yang digunakan dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan
pada saat pengukuran.
2.
Makin kecil ketidakpastian mutlak, makin
tepat pengukuran tersebut.
3.
Makin kecil ketidakpastian relative,
makin tinggi ketelitian pengukuran tersebut.
4.
Dalam menentukan Nilai skala terkecil,
terlebih dahulu memperhatikan batas ukur dan jumlah skala, alat ukur yang
digunakan.
5.
Angka penting
ditentukan dari kesalahan relative pada pengukuran berulang
6.
Dalam pengukuran berulang, pengolahan
data dilakukan dengan menghitung rata-rata pengukuran lalu, menentukan deviasi
makasimum, atau jika perlu menghitung rata-rata deviasi
7.
Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang
berbeda-beda, tergantung kepada keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian
alat ukur, metode yang digunakan dalam mengukur, dan kemampuan orang yang
mengukurnya.
8.
Kesalahan
relative ditentukan setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan teori
rambat ralat pada pengukuran berulang tersebut.
Daftar Rujukan
1. Halliday, David dan Resnick, Robert. 1999. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga
(terjemahan). Jakarta: Erlangga.
2. Kanginan, Marthen. 2010. Physics
Bilingual. Jakarta: Erlangga.
3. Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga
Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar